Thursday, June 9, 2016

Menekan Biaya Produksi

Oleh Supendi

BANK Indonesia (BI) Kantor Wilayah Lampung memprediksi tantangan inflasi dimasa Ramadan dan Idul Fitri tahun ini bakal cenderung meningkat lantaran meningkatnya arus transaksi barang kebutuhan pokok. Volatile food atau inflasi komponen bergejolak disebut paling potensial meningkatkan tekanan inflasi di triwulan II 2016.

Seperti yang sudah-sudah, tekanan inflasi memang kerap terjadi pada momen hari besar keagamaan seperti Ramadan dan Idul Fitri. Bahkan bisa disebut pada moment ini merupakan puncak dari kenaikan inflasi tahunan yang sulit untuk dibendung.

Inflasi dapat dimaknai sebagai suatu gejala ekonomi yang tidak pernah dapat dihilangkan dengan tuntas. Usaha-usaha yang dilakukan biasanya hanya sampai sebatas mengurangi dan mengendalikannya seperti apa yang selama ini dilakukan Bank Indonesia serta pemerintah.

Pada batas ini, kita patut mengapresiasi berbagai langkah yang dilakukan meski sifatnya hanya untuk pengendalian sementara waktu dan bisa dipastikan berulang tiap tahunnya.

Bila menilik pada sumbu pemicunya, inflasi disebabkan oleh kenaikan permintaan yang tinggi yang disertai kenaikan biaya produksi.

Faktor permintaan yang tinggi umumnya hanya terjadi pada moment-moment tertentu seperti hari besar keagamaan dan tahun baru. Namun faktor kenaikan dan mahalnya biaya produksi bisa terjadi setiap saat bila infastruktur jalan dan sistem distribusi barang belum memadai.

Patut diakui, saat ini Pemerintah Provinsi Lampung tengah menbidik pembangunan transportasi air dan  memperbarui beberapa titik infrastruktur jalan guna memuluskan arus pengiriman barang.

Langkah ini tentu perlu didukung agar bisa mengkoneksikan semua wilayah yang ada di Lampung. Target jangka pendeknya tentu untuk memangkas jalur distribusi yang panjang serta berbelit hingga melambungkan biaya produksi dan ongkos distribusi barang.

Bila semua wilayah khususnya sentra penghasil pangan serta kebutuhan pokok di Lampung sudah terintegrasi dengan pasar, tentu dapat mengurangi beban biaya yang selama ini tak menguntungkan petani sehingga harga barang di pasaran dapat terpantau kestabilannya.

Kondisi ini juga memungkinkan para petani untuk menjual barang dengan harga yang lebih menguntungkan tanpa menempuh jalur distribusi barang yang panjang yang semata menguntungkan tengkulak dan agen besar. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 9 Juni 2016

No comments:

Post a Comment